Dari Monumen Pancasila SaktiELEGI ANAK BANGSA
ELEGI Anak Bangsa tak hanya mengantar rasa pilu semata. Betapa nyanyi pedih ini mengantar sejarah yang terkoyak pada 30 September 1965. Peristiwa ini tidak dapat dilupakan sepanjang zaman dan tak boleh terulang. Tragedi yang mengoyak sejarah ini tak cukup sebagai catatan hitam sejarah budaya anak bangsa yang tak dapat dilupakan sepanjang zaman. Betapa tidak? Sungguh mengerikan ketika tragedi datang menghentak dipenghujung September 1965. Tujuh pahlawan revolusi menjadi korban keganasan tangan-tangan pendosa yang dikenal G 30 S (Gerakan 30 September 1965 PKI). Gerakan brutal yang tak lumrah itu berada dibawah komando Letkol Untung. Tragedy ini tak hanya meneteskan air mata sekaligus menggegerkan dunia.
Apa itu Lubang Buaya?Lubang Buaya merupakan areal kebun karet yang cukup luas. Terletak di kelurahan desa Lubang Buaya, Cipayung Pondok Gede, Jakarta Timur. Ditengah kebun karet yang jarang dirambah orang itu terdapat bangunan rumah sederhana berbilik gedek (pagar bambu) milik Haji Suaeb yang dihuni Ibu Amroh, pedagang pakaian keliling. Ibu Amroh terpaksa meninggalkan rumah huniannya karena diperintahkan pergi oleh anggota PKI. Rupanya rumah itu akan dijadikan dapur umum bagi kegiatan anggota PKI yang boleh dikatakan sebagai iblis bernyawa.
Disebelah kanan rumah terdapat lubang sumur galian, sedalam 12 meter bergaris tengah 75 cm. Juga terdapat bangunan Sekolah Rakyat (SD) yang tidak begitu besar dan tampak usang karena sudah lama tidak digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Bangunan sekolah itu digunakan oleh anggota PKI dan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia). Dijadikan tempat berkumpul untuk berbagai kegiatan seperti rapat anggota PKI guna merencanakan siasat busuk mereka yang siap menjegal lawan politik yang dipandang setia mengawal Pancasila sebagai dasar negara yang telah dikumandangkan oleh Bung Karno & Bung Hatta, pada 17 Agustus 1945.
Bukti kezaliman itu sebelumnya pernah diperagakan dizaman PKI Muso 1948, di Madiun. PKI Muso melakukan pemberontakan besar-besaran di Madiun dan sekitarnya dengan niat menggantikan negara Pancasila sebagai dasar negara RI yang syah menjadi negara komunis. Menyusul kebrutalan lanjutan dilakukan PKI melalui Gerakan 30 September 1965 yang arah dan tujuannya sama dan sebangun dengan peristiwa Madiun. Menggantikan dasar negara RI, Pancasila yang dikumandangkan oleh Bung Karno & Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi yang pasti sejumlah prajurit setia pengawal Pancasila yang jadi sasaran kebrutalan anggota PKI menjadi sasaran utama. Anehnya pada waktu PKI bergerak leluasa dibawah komando Letkol Untung berserta tertinggi PKI lainya DN Aidit dan para begundalnya.
Dibenamkan dilubang sumur tuaDilubang sumur sedalam 12 meter tanpa semen itulah nasib Tujuh Pahlawan Revolusi yang diculik dari rumah masing-masing dan diangkut ke Lubang Buaya. Disana ketujuh pahlawan tersebut disiksa secara biadab. Kemudian ditembak mati, jenazahnya satu persatu dibenamkan kelubang sumur maut.
Tempat itu memang sulit dideteksi. Namun berkat kesigapan prajurit Kostrad dibawah komando Letjen TNI AD, Soeharto, dalam tempo relative singkat dapat ditemukan. Sehingga jenazah tujuh pahlawan revolusi yang dibenamkan dilubang sumur Kebun Karet itu diangkat kembali dan dipindahkan ketempat pemakaman sebagaimana mestinya.
Tujuh pahlawan revolusi bernasib malang itu masing-masing: Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI R. Suprapto, Mayjen TNI M.I. Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI D.I. Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo.
Jenderal TNI Nasution juga disebut sebagai salah seorang target namun dia selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya, Ade Irma Suryani Nasuution, dan ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Adalah hamparan kebun karet yang luas dan menakutkan. Tempo dulu penduduk setempat yang berada diluar wilayah Lubang Buaya sering menyebut sebagai tempat jin buang anak. Karena tempat tersebut jarang diinjak/dirambah orang. Kecuali mandor karet yang tugas disana, menjaga kebun karet agar tidak disadap orang yang tidak bertanggung jawab.
Dari angker berubah indahSaat awal peristiwa pembunuhan tujuh pahlawan revolusi dipenghujung Nopember 1965, tempat itu dirasakan keangkerannya. Penduduk sekitar Lubang Buaya sering bergidik bulu romanya saat melewati pinggiran wilayah itu.
Tetapi setelah dibangun Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Cipayung, Pondok Gede Jakarta Timur, berubah menjadi indah dan banyak dikunjungi masyarakat Jakarta maupun dari daerah lainnya. Monumen dibangun diatas lahan seluas 14,6 hektar, atas prakarsa Pesiden RI ke-2, Soeharto. Untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi berjuang mempertahankan ideologi negara RI, Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Tiap tahun pada tanggal 1 Juni, diselenggarakan peringatan bagi peristiwa sejarah yang sungguh menyedihkan. Sejak awal peringatan hingga sekarang selalu diadakan di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya. Kegiatan tersebut dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan & Kebudayaan RI.
Komplek MonumenDi komplek Monumen Pancasila Sakti, masih dapat disaksikan Sumur Maut dimana tujuh pahlawan revolusi dibenamkan kedalam lubang sumur. Keadaan sumur maut itu sudah diperbaiki tanpa adanya perubahan. Bahkan sumur sudah disemen dan dilubang atas sumur terdapat cipratan darah buatan yang menempel dibagian bibir subur. Juga bekas rumah yang pernah dihuni Ibu Amroh. Dirumah ini masih terdapat benda peninggalan masa lampau seperti tiga buah lampu patromak, mesin jahit dan lemari kaca. Benda-benda tersebut dulu pernah dipakai oleh anggota PKI.
Bangunan Sekolah Dasar yang dulu reyot sekarang tampak mentereng dan tidak menakutkan pengunjung. Didepan rumah dan sumur tua itu terdapat monumen yang memperlihatkan 7 patung jendral yang berdiri tegap dengan latar belakang symbol Garuda Pancasila. Sungguh indah dan gagah.
Tak jauh dari sumur tua dan rumah penyiksaan, terdapat lapangan hijau yang luas dipayungi rindangnya pepohonan karet yang hingga kini masih tumbuh segara. Digunakan untuk upacara tahunan komplek monumen. Beda memang, kini suasana Lubang Buaya tidak lagi seperti dulu, menyeramkan. Bahkan kini terasa sejuk oleh udara bebas yang merayap dari lapangan hijau kearah sumur maut dan monumen Pancasila Sakti.
Di Museum yang tertata indah, terdapat benda-benda lama. Bisa dilihat di ruang Relik, merupakan tempat dipamerkannya barang-barang terutama pakaian yang pernah dipakai para jendral saat diculik. Sebagian adalah baju tidur, piyama, kain sarung, dll. Pakaian tersebut dalam keadaan kotor dan kumal akibat terkena lumpur sumur, darah, saat para pahlawan disiksa.
Selain itu terdapat ruang teater yang memutar rekaman bersejarah tentang pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari dalam lubang sumur hingga pemakaman jenazah Pahlawan Revolusi. Nah bagi masyarakat yang ingin menyaksikan betapa kejamnya anggota PKI, datang saja ke Museum Monumen Pancasila Sakti. Setiba di sumur maut tempat tujuh pahlawan revolusi dibenamkan kedalam lubang sumur sempit itu boleh berdoa agar kepulangan pahlawan revolusi ke haribaan Tuhan, diterima disisi Tuhan YME.
*** (Team Kreatif PKJ-TIM) ***